Paid Review Indonesia Paid Review Indonesia Paid Review Indonesia
Paid Review Indonesia free web site traffic and promotion

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA DI SEKOLAH DASAR


Salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa selain menyimak, berbicara, menulis, sastra dan kebahasaan adalah membaca. Kompetensi tersebut dapat dimiliki oleh siswa melalui pembelajaran yang dilaksanakan di SD.Agar terjadi peningkatan pencapaian kompetensi dasar tersebut , guru perlu mengembangkan pembelajaran dengan model - model pembelajaran yang lebih inovatif. Oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan model pembelajaran.
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak, berbicara dan menulis. Dalam membaca seseorang dituntut untuk berinteraksi melalui teks ( tulisan ). Dengan membaca seseorang dapat memperoleh pesan yang ditulis dalam sistem tand baca (graphophonic knowledge ). Apabila seseorang tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai, hampir dipastikan ia tidak mampu berkomunikasi melalui teks. Apabila dihubungkan dengan tuntutan kehidupan saat ini, tentu orang tersebut akan mendapatkan hambatan dalam memperoleh pesan ( infornasi ) yang disampaikan melalui teks /tulisan,
HAKIKAT MEMBACA
Istilah " membaca" sering dipakai , bukan saja kaitannya dengan kajian disiplin ilmu melainkan juga dipakai oleh orang kebanyakan , seperti dalam ungkapan membaca alam,membaca hati, membaca mimik muka, dan lain - lain. Dengan memadukan kedua sudut pandang itu , hakikat membaca dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok pandangan, yakni (a) sebagai interpretasi pengalaman, (b) interpretasi lambang grafis, (c) paduan dari interpretasi dan lambang grafis. Dalam kaitannya dengan kajian disiplin ilmu , hakikat membaca dapat ditelusuri dari definisi -definisi berikut.
1. Membaca merupakan proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi (auditoris) Pengertian ini menyiratkan makna membaca yang paling dasar yang terjadi pada kegiatan membaca permulaan. pada tahap ini membaca lebih ditujukan pada pengenalan lambang-lambang bunyi yang belum menekankan aspek makna/informasi.Sasarannya adalah melek huruf.
2. Membaca merupakan suatu proses decoding, yakni mengubah kode-kode atau lambang-lambang verbal yang berupa rangkaian huruf-huruf menjadi bunyi-bunyi bahasa yang dapat dipahami. Lambang-lambang verbal itu mengusung sebuah informasi. Proses pengubahan lambang menjadi bunyi berarti itu disebut proses decoding (proses pembacaan sandi).
3. Membaca merupakan proses merekontruksi makna dari bahan-bahan cetak. Definisi ini menyiratkan makna bahwa membaca bukan hanya sekedar mengubah lambang menjadi bunyi dan mengubah bunyi menjadi makna, melainkan lebih ke proses pemetikan informasi atau makna yang diusung si penulisnya.Dalam hal ini, pembaca mencoba membongkar dan merekam ulang apa yang tersaji dalam teks sesuai dengan sumber penyampaiannya (penulis).
4. Membaca merupakan suatu proses rekontruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan siap pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan (Anthony, Pearson & Raphael, 1993:284)
5. Membaca adalah interaksi dengan bahasa yang sudah dialih kodekan dalam tulisan. Apabila seseorag dapat berinteraksi dengan bahasa yang sudah dialih kodekan dalam tulisan, orang tersebut dipandang memiliki keterampilan membaca. Apabila itu dihubungkan dengan siswa di SD berati tujuan pembelajaran membaca adalah agar siswa memiliki keterampilan berinteraksi dengan bahasa yang dialih kodekan dalam tuliasan.
Kelima definisi diatas memperlihatkan rentangan definisi membaca dari yang paling sederhana yang bertumbu pada kemampuan melek huruf hingga kemampuan sesungguhnya yang bertumbu pada melek wacana.Yang dimaksud dengan melek huruf adalah kemampuan mengenali lambang-lambang bunyi bahasa dan dapat melafalkan dengan benar. Kemampuan melek huruf merupakan sasaran pembelajaran membaca permulaan yang harus berakhir minimal di kelas 2 sekolah dasar. Sementara yang dimaksud dengan melek wacana adalah kemempuan mengenali, memahami, dan memetik makna / maksud dari lambang-lambang yang tersajidalam bahasa tulis itu dalam artian yang sesungguhnya. kempuan melek wacana merupakan sasaran dari pembelajaran pembaca tingkat lanjut. Bahasa yang dialih kodekan disebut teks. Menurut Pappas (1995) :
Teks merupakan area isi pembelajaran menulis. artinya, peningkatan kemampuan siswa untuk terampil membaca hanya bisa dilakukan apabila siswa belajar berinteraksi melalui teks.Melalui teks siswa dapat mengetahui
1. Sistem penulisan dalam suatu bahasa,
2. Konteks komunikasi,apa yang terjadi, siapa yang terlibat (pelaku), dan kaodah bahasa yang digunakan,
3. Proses berinteraksi pengetahuan dan pengalaman,
4. Pesan sosial yang dikemas dalam tulisan Membaca merupakan aktivitas (kegiatan) memahami bahasa tulis (teks), ada 2 aktivitas yang dilakukan oleh pembaca, yakni :
1. Membaca sebagai proses,
2. Membaca sebagai Produk.
Membaca sebagi proses mengacu pada kegiatan fisik dan mental. Adapun membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari kegiatan yang dilakukan pada saat proses membaca, misalnya ; membaca menjadi mengetahui bahwa meningkatkan keterampilan membaca itu penting, atau setelah dia membaca berita pada koran dia akan mengetahui informasi - informasi yang telah diberitakan pada koran tersebut. Ada sejumlah aspek yang dituntut dari sejumlah pembaca. Aspek-aspek itu adalah ;
1. Aspek sensori, yakni kemampuan membaca untuk memahami simbol-simbol teks
2. Aspek perseptual, yakni kemampuan membaca untuk menginterpretasikan simbol - simbol teks (apa yang di lihat dan yang tersirat),
3. Aspek skemata, yakni kemampuan pembaca untuk menghubungkan pesan tertulis dengan struktur pengetahuan dan pengalaman yang ada,
4. Aspek berfikir, yakni kemampuan pembaca untuk membuat inverensi dan evaluasi dari teks.
5. Aspek Afektif, yakni kemampuan pembaca untuk membangkitkan dan menghubungkan minat dengan motivasi dengan teks yang dibaca. Kelima aspek tersebut harus berhubungan yang seimbang (harmonis) pada saat proses membaca, sehingga itu membentuk interaksi dengan penulis melalui teks yang dibacanya Tahap-tahap kegiatan pembaca saat berinteraksi dengan penulis melalui teks. Tahap - tahap itu adalah ;
1. Kegiatan pembaca sebelum membaca (tahap sebelum membaca) Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah ;
a. Pembaca menggunakan pengetahuan (skemata) topik, bahasa yang digunakan dalam teks sistem tanda baca serta pola retorik atau struktur teks.
b. Pembaca sudah memiliki "beka"l untuk membaca, pengalaman membaca sebelumnya, penyajian teks, tujuan membaca dan sasaran atau fokus untuk membaca.
2. Kegiatan membaca dalam proses membaca Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah : Pembaca melakukan kegiatan ;
a. Pembaca melakukan kegiatan skiming dan skeening
b. Pembaca melakukan kegiatan pencarian pengertian
c. Pembaca melakukan kegiatan Peramalan inplikatur
d. Pembaca melakukan kegiatan Pemaknaan kembali
e. Pembaca melakukan kegiatan; Pengujian Hipotesis
f. Pembaca melakukan kegiatan Menyusun kembali (melanjutkan hasil bacaan).
3. Kegiatan pembaca setelah membaca Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah:
a. Pembaca merespon dalam berbagai cara (membicarakan, menulis atau mengerjakan).
b. Pembaca merefleksi berdasarkan apa yang di baca
c. Merasa sukses dan ingin membaca lagi
d. Mengkreasikan apa yang dibaca.
Kegiatan pembaca pada masing-masing tahap itu dapat terlaksana apabila pembaca sudah memiliki keterampilanmengubah lambang-lambang tertulis atau teks menjadi lambang bermakna. Apabila pembaca sudah memiliki keterampilan tersebut dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam masing-masing tahap membaca berarti pembaca dipandang memiliki kemampuan komunikasi bahasa tulis. Seseorang memiliki kemampuan komunikatif apabila orang tersebut sudah mampu menggunakan kebahasaan, struktur kemampuan, strategi produktif, mekanisme psikofisik dan konteks menurut (Bachman, 1990).
RUANG LINGKUP PENGEMBANGAN
Pembelajaran di SD adalah suatu kegiatan guru dan siswa dalam mencapai pembelajaran membaca. Ruang lingkup pembelajaran membaca adalah upaya peningkatan pencapaian tujuan pembelajaran membaca. Pembelajaran membaca di SD tidak dilaksanakan secara khusus, melaikan pembelajaran itu dilaksanakan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra. Pembelajaran itu dilaksanakan kepada siswa dari mulai kelas I sampai kelas VI oleh guru yang mengajar dikelas itu. Terdapat perbedaan orientasi dan fokus pembelajaran antara pembelajaran membaca di kelas I dan II dengan kelas III, IV, V dan VI. Di kelas I dan II, pembelajaran membaca dan menulis dipadukan menjadi satu kegiatan pembelajaran atau lazim diistilahkan dengan MMP (Membaca, Menulis. Pemulaan). Di kelas III, IV, V dan VI MMP tidak dilakasakan karena pembelajaran pemnbacaan membaca dan menulis sudah di ajarkan. Apabila pembelajaran membaca di SD dilaksakan seperti itu, tentu tujuan yang harus dicapai oleh siswapun berbeda-beda untuk setiap kelasnya. Guru sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran membaca dikelas tersebut harus mengetahui perbedaan tujuan tersebut. Artinya, guru perlu mempertimbangkan perbedaan siswanya sehingga tujuan dapat dicapai oleh siswa. Apabila siswa mencapai tujuan tidak sesuai dengan rumusan yang diharapkan, berarti pembelajaran itu dipandang kurang berhasil. Dalam hal ini, guru harus mengembangkan pembelajaran membaca yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa.
TEKNIK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
Pengembangan pembelajaran membaca dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Perkembangan Struktur Kognitif Berorientasi pada pandangan Piaget, Perkembangan struktur kognitif anak meliputi tahap-tahap :
a. Sensori Motor Tahap sensori motor, yakni usia 0-2 tahun, anak mulai merasakan dan memahami dunia dan lingkungannya dengan berdasarkan hubungan-hubungan langsung.
b. Praoperasional Pada tahap praoperasional, usia 3-7 tahun, anak dapat memikirkan obyek-obyek tertentu, kemungkinan manipulasinya, memilah dan menyusun obyek tertentu secara konkret, dan membentuk presepsi hingga membuahkan informasi tertentu. Meskipun pada tahap-tahap tersebut perkembangan bahasa anak mulai tumbuh bagi Piaget perkembangan struktur kognitif anak tidak bergantung pada perkembangan bahasanya.
c. Konkret tahap ini usia 8-11 tahun, anak mampu memusatkan perhatian pada sebuah aspek maupun problem dan menghubungkannya. Dan terdapat kemampuan memilah dan membedakan ciri aspek yang satu dengan yang lain serta membandingkan dunia pengalaman dan kenyataan yang dihadapi secara timbal balik. d. Oprasiformal (Operasional) Pada tahap ini usia anak 11 tahun keatas, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan simbolis, membentuk pemahaman secara komprehensif, dan membandingkan berbagai pengertian untuk kemudian mengambil kesimpulan secara tentatif. Secara umum tingkat perkembangan struktur kognitif anak dan tingkat perkembangan bahasanya akan menentukan tingkat kesiapan anak dalam menyerap dan menampilkan sesuatu yang dipelajari.
Share this article :

Posting Komentar

Review http://review-myblogsites.blogspot.com/ on alexa.com Review http://review-myblogsites.blogspot.com/ on alexa.com
 
Support : Creating Website | elang template | elang Template
Copyright © 2011. elang sites - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by elang Template
Proudly powered by Blogger